Jamur konsumsi adalah jamur yang tidak
berbahaya untuk di konsumsi oleh manusia, malah banyak mengandung protein yang
bermanfaat bagi tubuh. Kalau selama ini kita banyak mengenal sisi negatif dari
jamur saatnya sekarang kita mengupas sisi positifnya. Bahkan dari jamur bisa
menghasilkan uang bagi kita jika kita serius menggeluti budidaya jamur
konsumsi.
Mengapa saya berkata demikian, karena
sekarang ini kebutuhan akan jamur konsumsi di masyarakat terus meningkat
dikarenakan kesadaran masyarakat akan sayuran organik yang semakin baik. Selain
itu pasokan jamur di Indonesia masih terbilang kurang sehingga ada peluang bagi
kita untuk masuk ke dalamnya sebagai produsen.
Ada 3 jenis jamur konsumsi yang sekarang
ini banyak sekali permintaannya di pasaran. Pada kesempatan ini saya mencoba
uraikan satu persatu tentang jamur konsumsi.
1. Jamur Kuping
Mempunyai nama latin Auricularia sp,
bentuknya menyerupai kuping manusia sehingga disebutlah sebagai jamur kuping.
Jamur jenis ini yang sekarang saya budidayakan. Pada saat panen ukuran dari
jamur ini bisa berdiameter sampai 8 cm. Jamur ini sangat mudah untuk di
budidayakan di seluruh wilayah indonesia karena dapat hidup pada range suhu
yang lebar (16-36 C) tetapi akan tumbuh ideal pada suhu 26-28 C.
Selain suhu faktor lain yang perlu
diperhatikan adalah kelembaban udara. Pada saat pembentukan miselium (benang
halus berwarna putih seperti yang ada pada tempe)memerlukan kelembaban udara
sekitar 60-75 % dan kadar O2 yang tidak terlalu tinggi. Berbeda dengan saat
ketika kita menumbuhkan tubuh buahnya, jamur jenis ini memerlukan kelembaban
udara 80-90 % dengan kadar O2 tinggi.
Jamur ini bisa dipanen setelah umur dari
tubuh buahnya mencapai 1 bulan. Bisa dijual dalam kondisi basah maupun kering.
Masa panen bisa sampai enam kali dari pengalaman petani di sekitar tempat saya,
karena saya sendiri baru mau panen yang ke-
2. Jamur Tiram
Jamur ini dalam bahasa latin disebut
pleurotus sp, bentuknya seperti cangkang tiram (bulat melengkung), untuk
mudahnya disebut sebagai jamur tiram. Diameternya bisa mencapai 3-15 cm.
Sama seperti jamur kuping, jamur ini
juga bisa dibudidayakan di seluruh wilayah indonesia, tidak hanya di dataran
tinggi namun di dataran rendah pun juga bisa dibudidayakan.
Pada fase pembentukan miselium jamur
tiram membutuhkan suhu ideal 22-28 C dan kelembaban udara 60-80%. Sedangkan
pada saat menumbuhkan tubuh buah diperlukan suhu yang lebih rendah 16-22 C dan
kelembaban udara 80-90 %. Diperlukan juga sirkulasi udara yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan O2
Jamur ini bisa dipanen setiap 4-5 hari
sejak pembentukan tubuh buah. Masa panen bisa berlangsung sampai 4 bulan
setelahnya. Sayangnya jamur ini tidak bisa bertahan lama sehingga membutuhkan
pemasaran yang cepat.
3. Jamur Merang
Disebut jamur merang karena biasa tumbuh
alami pada media merang. Mempunyai nama latin volvariella volvacea. Salah satu
nama latin yang masih saya ingat dari SMP sampai sekarang.
Jamur ini berbeda dengan yang sudah
disebutkan di atas karena justru akan tumbuh baik pada suhu yang relatif tinggi
yaitu 32-38 C. Kelembaban udara yang dibutuhkan sekitar 80-90% dan kecukupan O2
sangat berpengaruh pada pertumbuhan jamur jenis ini. Sulit kita temuka di
daerah pegunungan karena syarat tumbuhnya tidak terpenuhi.
Jamur ini dipanen sebelum mencapai
ukuran maksimal, kira-kira sekitar 10 hari setelah bibit ditebarkan. Periode
panen mencapai 1 bulanan dengan interval 5-7 hari sekali.
Nah silahkan dipilih sendiri jenis jamur
apa yang kira-kira cocok dijadikan sebagai usaha. Kondisi lingkungan sangat
berpengaruh sehingga kita harus paham benar dengan kondisi dimana jamur itu
nanti akan di tumbuhkan. Sebagai alat bantu mungkin kita bisa menyediakan thermometer
dinding dan higrometer akar kita mudah merespon perubahan cuaca yang tiba-tiba.
Pada jamur tiram, produk ini
disebut sebagai plovastin yang di pasaran dikenal sebagai suplemen penurun
kolesterol (komponen aktifnya statin yang baik untuk menghambat metabolisme
kolesterol di dalam tubuh manusia). Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat
dalam jamur tiram maka bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi. Adanya serat
yaitu lignoselulosa baik untuk pencernaan. USDA (United States Drugs and
Administration) yang melakukan penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan
pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol
dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan yang
mengandung jamur tiram.
Sehingga mereka berpendapat bahwa
jamur tiram dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol.
Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur tiram sebagai bahan makanan
yang dapat mencegah timbulnya tumor.
Di samping itu, jamur tiram juga
dipercaya mampu membantu penurunan berat badan karena berserat tinggi dan
membantu pencernaan. Jamur tiram ini mengandung senyawa pleuran yang berkhasiat
sebagai antitumor, menurunkan kolesterol, serta bertindak sebagai antioksidan.
Adanya polisakarida, khususnya Beta-D-glucans pada jamur tiram mempunyai efek
positif sebagai antitumor, antikanker, antivirus (termasuk AIDS), melawan
kolesterol, antijamur, antibakteri, dan dapat meningkatkan sistem imun.